Nikh fotonya
Tanjung Pinang, Ibu yang satu ini jangan pernah ditiru! Bukannya mengajarkan kebaikan pada anaknya, tapi malah memberikan ilmu seks, plus mempraktikkannya sekaligus. Mirisnya lagi, sang anak usianya masih sangat ingusan, baru sekitar dua tahunan.
Anak laki-laki itu bertelanjang dada, bagian bawahnya hanya ditutupi oleh mungilnya celana dalam krem. Ia terus bergoyang-goyang di bagian bawah tubuh wanita 30 tahunan yang diduga ibunya. Tapi bukan bermain, melainkan sang bocah tengah mendapatkan pendidikan seks dini dari sang ibu.
Ya wanita bertubuh tambun dengan posisi berbaring itu, terus saja memaksa anaknya untuk melakukan adegan khusus orang yang sudah bersuami istri. Bahkan sang anak dipaksa terus bergerak layaknya gerakan seorang pria dewasa yang sedang berhubungan intim.
Jika sang anak tak mau mengerjakannya atau berhenti barang sedetik saja, tangan kekar sang ibu langsung mendarat ke dua belah pipinya yang masih sangat mungil.
Yang mencengangkan, si bocah seakan sudah sangat terbiasa dengan adegan seperti itu. terlihat jelas kalau tak ada rasa canggung atau kaku sekali pun di setiap gerakan anak bau kencur tersebut, goyangan bahkan labih ekstrim dari pria dewasa.
Video porno itu kini beredar dari hape-ke hape masyarakat Kepri, terlebih Batam. Setiap orang yang melihatnya, pasti mengeluarkan kata-kata kutukan bagi sang ibu.
“Kurangajar ibunya, anak sekecil itu diajarkan seperti itu,” celetuk Jumadi, Warga Tanjunguma yang melihat adegan hot tersebut dari hape salah seorang temannya di pangkalan ojek tak jauh dari rumahnya.
Menurut Jumadi, ibu seperti itu jangankan ditiru, bila perlu jangan dikasih hidup di dunia ini. “Bikin rusak generasi saja,” sambungnya dengan nada tinggi.
Sementara itu Ijah seorang ibu rumah tangga yang beralamat di Taman Raya, Batamcentre mengutuk kebiadaban ibu tersebut.
“Kalau betul itu ibu kandungnya berarti bejatlah dia. Anak sekecil itu koq udah diajari, walaupun dah besar tetap saja tak boleh diajari apalagi sampai dipraktikkan,” katanya.
Tapi Ijah menilai kalau wanita tersebut bukanlah ibu kandung dari sang anak. Ia juga curiga kalau video tersebut merupakan video para wanita tuna susila (WTS) yang memang kerjanya merusak moral dan akhlaq.
“Ini sepertinya wanita tak bener nih, dan anak ini bisa jadi sudah biasa menyaksikan permainan wanita itu saat ia melayani tamu,” tutupnya.
Hingga berita ini diketik, belum diketahui video tersebut direkam di mana dan kapan waktu perekamannya. Kendati demikian, video dengan durasi 1 menit 29 detik tersebut kini sedang menjadi perbincangan hangat di masyarakat.
Jamaluddin Nur: Orang Tuanya yang Jahanam
Menanggapi video porno anak berusia sekitar 2 tahun dengan wanita dewasa yang diduga ibunya, Ustad Jamaluddin Nur, terkejut. “Astaghfirullah….” ucapan Jamaluddin Nur kala pertama kali mendengar info merebaknya video porno tersebut.
Jamaluddin menilai peristiwa itu menunjukkan pelampiasan syahwat di luar lazimnya. Artinya, Jamaluddin menganggap itu pelampiasan syahwat cara binatang. “Itu syahwat melampaui batas. Pelampiasannya seperti cara binatang. Wanita dewasanya, kalau itu ibunya, ibunya yang jahanam,” kecam Jamaluddin dengan nada tinggi.
Ulah asusila seperti itulah yang kerap mendatangkan azab Tuhan ke muka bumi ini. “Hanya karena perilaku segelintir orang yang kadang kita tak tahu, kita semua kena imbasnya azab Allah,” Jamaluddin memperingatkan. Perilaku itu, masih menurut ustad tersebut, sudah melebihi perilaku kaum jahiliyyah itu sendiri.
“Itu termasuk bagian perilaku yang melebihi perilaku kaum jahiliyyah. Kaum jahiliyyah, membunuh anak sendiri jika lahir perempuan. Tapi sekarang anak sebelum lahir sudah dibunuh (aborsi). Nah ini, anak kecil dua tahun sudah diajari gituan (mesum). Itu jelas perbuatan jahiliyyah,” kecam Jamaluddin lagi.
Yang harus dilakukan, lanjut ustad tersebut, adalah menangkap pelaku tersebut. Sebab si anak harus dilindungi dari pengaruh-pengaruh dan perilaku-perilaku jahat orang dewasa. Undang-undang perlindungan anak harus ditegakkan demi melindungi hak-hak anak.
“Baik kepolisian, KPAID (Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah Kepri) harus bekerja menangkap wanita itu,” tegas Jamaluddin. “Seperti KPAID jangan hanya pelantikan aja yang meriah, tapi harus bekerja. Kalau ingin rahmat Allah, ya bekerja. Jangan hanya dilantik kemudian tak ada kerjaannya,” sindirnya.
Merosotnya moral, lanjut Jamaluddin, mesti menjadi tanggungjawab bersama. Peristiwa video mesum anak kecil yang diajari ibunya itu juga menunjukkan lemahnya sistem pembinaan dan kontrol semua pihak, lemah.
Untuk itu, sudah saatnya pemerintah juga memberikan perhatian lebih terhadap pelajaran-pelajaran agama di sekolah-sekolah formal. “Bukan hanya menjadi tugas Depag (departemen agama). Tapi harus menjadi tugas pemerintah.
Pendalaman agama harus ditekankan mulai sejak pra nikah. Pelajaran agama saatnya mulai ditekankan untuk SMP (sekolah menengah pertama) dan SMA-SMA (sekolah menengah atas),” paparnya.
Psikolog: Karena Dorongan Sensasional
Psikolog Melly Puspitasari mengatakan, hal tersebut bisa dikatakan sebagai perbuatan pembunuhan karakter pada si anak laki-laki tadi.
“Itu suatu pelecehan,” tegas psikolog yang dinas di RSUD Kota Tanjungpinang ini. Ia menghimbau agar perempuan yang melecehkan si anak ini segera ditangkap oleh pihak berwajib.
Perbuatan mesum yang diajarkan perempuan dewasa itu, kata Melly bisa merusak perkembangan mental si anak tersebut. Apalagi, di usia tersebut, kata Melly, si anak belum sepenuhnya mengerti apa yang dialaminya. Kendati demikian, si anak tersebut sudah bisa merasakan suatu kenikmatan. Harusnya kata Melly, pelajaran seks yang diajarkan untuk anak seusianya baru pengenalan perbedaan jenis kelamin.
Nah, jika si anak ini tidak mendapat terapi khusus, saat usianya menginjak tujuh tahun nanti, si anak ini dipastikan akan mengulangi perbuatannya. “Sebab apa yang sudah dialaminya sudah masuk dalam alam bawah sadarnya,” urai Melly.
Akibatnya, tambah Melly lagi, perkembangan seksual si anak itu tidak akan normal. “Ini dinamakan pencabulan terhadap anak laki-laki,” katanya lagi. Agar mental si anak bisa diselamatkan, si anak laki-laki tadi harus mendapat penanganan dari ahlinya. “Peristiwa itu tidak boleh diulang-ulang untuk diingatkan pada si anak tadi. Misalnya pertanyaan, ‘kamu diapakan sama tante itu?’ pertanyaan ini juga tidak boleh diutarakan berulang-ulang,” beber Melly.
Kasus yang dialami si balita ini, tak ubahnya seperti korban pelecehan sodomi. “Nanti dikuatirkan dia akan berbuat hal yang sama seperti yang pernah dialaminya,” kata Melly. Nah, kata Melly, perempuan dewasa itu terdorong melakukan hal itu lantaran pengaruh lingkungan maupun video porno yang pernah ditontonnya. “Suatu dorongan untuk melakukan sesuatu yang sensasional,” katanya. Melly menambahkan, perempuan tersebut sudah tidak punya naluri lagi. “Dimana naluri keibuannya,” ujar Melly bernada tanya.
pos metro batam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar